Teori ini mengatakan bahwa efek dari media massa kepada masyarakat adalah bersifat langsung.
Begitu terkena berita atau tayangannya, masyarakat langsung terkena pengaruhnya.
Persis seperti jarum suntik yang ditusukkan dokter kepada pasien; langsung menembus kulit, lalu segera menebarkan cairan obatnya ke seluruh bagian tubuh.
Meski teori itu tidak sepenuhnya benar, tetapi fakta di masyarakat kita banyak menunjukkan kebenaran teori itu.
Media massa - terutama televisi - telah menjadi "nabi" baru yang setiap tayangannya akan diturut masyarakat.
Bila pada hari ini ditayangkan acara yang menampilkan seorang artis dengan mode baru pakaian yang membuka aurat, beberapa hari kemudian, sebagian perempuan kita sudah tampil dengan mode serupa.
Sialnya, "kepatuhan" yang seperti itu malah memicu media untuk tampil lebih liar lagi, sehingga ia menjadi kekuatan yang selalu berhasil mendikte dan mengendalikan kehidupan masyarakat.
Memang tidak semua media massa memainkan peran strategis tersebut secara negatif.
Masih ada media massa yang memiliki idealisme transendental, menyuarakan amar ma'ruf nahi munkar.
Tapi harus diakui, media dengan idealisme seperti ini masih seperti sebutir pasir di tepi pantai.
Selebihnya, masih didominasi oleh media-media setan.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa berita, maka periksalah dengan teliti..."
(Al-Hujurat;6)